Latar Belakang
Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama
dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka
penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena
manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil
bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan
kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai
di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang
kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi
tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terperek dewasa ini.
.
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia
ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan
Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih
baik daripada di tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah
buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamana
keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan
oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya regional, terhadap
lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang
mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di
lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri,
dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global.
Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi lapang
yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan
ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.
b. Pesan yang disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan dalam leaflet ini adalah bagaimana cara
membudidayakan secara khusus tanaman lidah buaya pada lahan gambut.
Pembudidayaan tersebut meliputi proses-proses yang harus dilakukan oleh
pembudidaya mulai dari awal yaitu dari penyiapan lahan hingga proses
terakhir yaitu proses produksi sehingga didapat suatu hasil yang
memuaskan. Disini juga dibahas tentang bagaimana cara mengatasi masalah
yang timbul akibat kesalahan dalam proses budidaya.
c. Sasaran yang dituju
Sasaran yang dituju adalah para petani di seluruh Indonesia yang
tertarik untuk mengembangkan tanaman lidah buaya pada umumnya dan para
petani pada lahan gambut yang sering kesulitan dalam usahanya meggarap
lahan pada khususnya. Selain itu leaflet ini juga ditujukan kepada siapa
saja yang ingin menambah pengetahuannya tentang pertanian khususnya
budidaya tanaman lidah buaya.
d. Efek yang diharapkan
Efek yang diharapkan dari dibuatnya leaflet ini adalah bertambahnya
pengetahuan para petani dalam usahanya mengembangkan usahanya di bidang
budidaya tanaman lidah buaya pada lahan gambut . Petani dapat menerapkan
seluruh proses-proses yang harus dilakukan oleh pembudidaya mulai dari
awal yaitu dari penyiapan lahan hingga proses terakhir yaitu proses
produksi sehingga didapat suatu hasil yang memuaskan serta petani dapat
mengatasi masalah yang timbul akibat kesalahan dalam proses budidaya.
Usaha budidaya yang tadinya sudah baik diharapkan menjadi lebih baik
lagi dan petani tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi dalam proses
pembudidayaan karena telah mendapat suatu referensi yang lebih akurat
dari sebelumnya. Selain semakin bertambahnya pengetahuan bagi petani
leaflet ini juga diharapkan mampu menambah pengetahuan kepada siapa saja
yang membacanya dan mungkin dengan semakin bertambahnya ilmu tentang
budidaya tanaman lidah buaya membuatnya semakin tertarik untuk
mengembangkan budidaya tanaman lidah buaya ini menjadi lebih baik lagi.
2. Efektifitas
a. Kemampuan daya menerangkan
Kemampuan leaflet dalam menerangkan dapat dikatakan baik karena dalam
upaya menyampaikan pesan leaflet telah menerankan dengan detail seluruh
proses yang harus dilakukan. Tak hanya proses yang diterangkan secara
detail namun juga ukuran baik berat maupun panjang,waktu mulai hari
sampai bulan, serta ciri-ciri yang dibutuhkan oleh para petani sehingga
tidak membuat suatu hal yang membingungkan yang dapat berakibat
kesalahan dalam pelaksaaan budidaya. Selain itu kata-kata/istilah yang
digunakan dalam leaflet ini merupakan kata-kata/istilah yang mudah
dipahami oleh para petani sehingga petani tidak perlu bingung apa yang
dimaksudkan oleh kata/istilah dalam leaflet.
Kelebihan leaflet ini adalah dapat diaplikasikan kepada siapa saja
yang ingin membudidayakan tanaman lidah buaya pada lahan gambut karena
semua yang dibutuhkan telah dijelaskan dalam leaflet ini. Selain itu
dengan adanya leaflet ini para petani di daerah lahan gambut yang tidak
bisa menggarap lahannya karena kurangnya pengetahuan tentang lahn gambut
dapat memulai usaha baru yang lebih menjanjikan dari pada usaha yang
dahulu.
Sedangkan kekurangan leaflet ini adalah kurang begitu efektif apabila
disebarkan didaerah yang tidak berlahan gambut karena informasi yang
terkandung dalam leaflet ini hanya akan efektif bila diterapkan di
daerah lahan gambut. Sedangkan sebagian besar wilayah Indonesia tidak
berlahan gambut, hanya sedikit daerah yang berlahan gambut.
b. Pembahasan masalah
Dalam pembahasan maasalah akan dijelaskan mengenai mengapa memilih
budidaya tanaman lidah buaya untuk dijadikan sebuah leaflet. Pemilihan
budidaya tanaman lidah buaya sebagai topik dalam leaflet adalah karena
belum banyak masyarakat yang tahu mengenai masalah budidaya tanaman ini,
kalaupun tahu mereka hanya sebatas pengetahuan ringan belaka. Untuk itu
dengan dibuatnya leaflet ini diharapakan para petani dapat
meningkatkan produksi pertaniannya.
B. Budidaya Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga
ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya
meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun
ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang
biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah
yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena
sifatnya dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam
pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan
gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman lidah buaya.
Diagram Alur Budidaya Tanaman Lidah Buaya
Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat
genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya
mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air.
Teknik budidaya tanaman lidah buaya pada lahan gambut dapat dijelaskan,
sebagai berikut:
1. Penyiapan Lahan
Lahan gambut yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk budidaya
tanaman lidah buaya, terlebih dahulu harus dibuat parit keliling yang
berfungsi untuk membuang air tanah yang berlebihan (drainase).
Saat awal pembibitan merupakan tahap dimana kebutuhan air harus
diperhatikan. Bibit mungkin akan berwarna kemerah-merahan karena belum
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan pengairan yang cukup, seminggu
setelah pembibitan, bibit akan menunjukkan pertumbuhan normal/pulih dari
stres lingkungan akibat pemisahan dari induk. Pengairan yang berlebihan
harus dicegah karena bibit mudah busuk akibat serangan cendawan pada
keadaan lembab. Parit/saluran air dibuat disekeliling lahan dan pada
arah memotong tengah areal lahan dengan ukuran parit: lebar atas 50 cm,
lebar bawah : 35 cm dan kedalaman berkisar 50-60 cm (tergantung tebal
lapisan gambut dan kondisi genangan air tanahnya).
Ukuran Parit Keliling dan Parit Tengah Memotong Lahan
2. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan yang dimaksud adalah membersihkan lahan dari semua
vegetasi yang ada dengan cara menebas dan menebang pohon semak belukar
sampai semua vegetasi/tumbuhan terpotong. Selanjutnya tebasan dibiarkan
hingga kering, untuk batang kayu yang bisa diangkut dan dikumpulkan
menjadi satu ditempat pembakaran, untuk semak belukar yang kering
dikumpulkan dan dibakar ditempat, setelah lahan bersih pekerjaan
berikutnya adalah pembuatan bedengan/guludan.
3. Pembuatan Bedengan/Guludan
Pembuatan bedengan/guludan sekaligus merupakan pengolahan tanah atau
pecangkulan, bedengan/guludan dibuat dengan ukuran disesuaikan dengan
jarak tanam yang akan digunakan, antara lain :
a. Jarak tanam : 1,25 m x 1,00 m (Populasi : 8. 000 Pohon/Ha)
b. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m (Populasi : 6. 000 Pohon/Ha)
Bedengan untuk jarak tanam (a) dan (b) dibuat dengan ukuran lebar 75
cm dan tinggi 20-30 cm, dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan
atau tergantung selera/keinginan, tapi ada juga yang membuat bedengan
dengan panjang 25 meter.
Ukuran Bedengan
(Jarak antar tanaman = 1,00 m atau 1,25 m)
Apabila bedengan untuk tanaman lidah buaya dibuat belakangan maka
lahan yang sudah bersih langsung diberi tanda untuk pembuatan lubang
tanam (ajir), dengan demikian bedengan tanaman akan terbentuk setelah
bibit tanaman lidah buaya sudah ditanam sekaligus merupakan pembumbunan
tanaman.
4. Penyiapan Sarana Produksi
Sarana produksi yang harus dipersiapkan adalah bibit, pupuk (organik
dan anorganik), abu, kulit udang atau busukan ikan (bila mudah
diperoleh) dan fungisida. Pada penyiapan bibit tanaman lidah buaya harus
dipersiapkan dengan baik sejak pengolahan lahan dimulai yaitu bibit
tanaman lidah buaya, sudah berumur 3 atau 4 bulan dan telah didederkan
selama minimal 1 bulan, bibit dapat diambil dari anakan langsung yang
telah mencapai ukuran sebesar ibu jari dengan tinggi 10 cm – 15 cm,
selanjutnya dipisahkan dari induk tanaman dan ditanam pada tempat
pendederan yang telah disiapkan (jarak tanam pendederan 15 cm x 20 cm
atau 15 cm x 15 cm), selama pendederan bibit tanaman diberikan perlakuan
pemupukan (pupuk kandang, abu dan pupuk urea).
5. Persiapan Tanaman
Lahan yang sudah dibuat bedengan selanjutnya diberikan ajir sebagai
tanda jarak tanam dan tempat penanaman bibit. Minimal 1 minggu (7 hari)
sebelum tanam, pada ajir/tanda tanam tadi dibuat lubang tanam dengan
ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Setelah lubang tanam dipersiapkan,
selanjutnya masukkan/tempatkan campuran pupuk urea, TSP, KCL, abu, pupuk
kandang dan kulit udang ke dalam lubang tanam dan tutup lagi dengan
tanah dan letakkan lagi ajir tepat ditengah lubang, sebagai tanda untuk
menanamkan bibit lidah buaya.
6. Bibit Lidah Buaya
Bibit yang akan ditanam, harus diseleksi bersamaan dengan saat
pencabutan bibit dari tempat pendederan. Bibit lidah buaya umumnya
berukuran tinggi 20 – 30 cm dengan minimal 6 (enam) daun pelepah. Anakan
yang telah cukup besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari
tanaman induk (ditangkarkan). Anakan akan muncul dari tanaman induk pada
usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan ini sangat penting dilakukan agar
tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih,
maupun setek batang. Pembibitan dari anakan dapat dilakukan di bedengan
atau di polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan dengan membuat
bedengan berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak
tanam 10 cm x 10 cm. Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan
akar bibit tidak terganggu. Bibit yang terganggu perkembangan akarnya
akibat tanah yang keras tidak akan tumbuh berkembang. Sebelum ditanami
bibit, bedengan ditaburi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung)
per bedeng dan diaduk secara merata. Penaburan kapur pertanian
dianjurkan untuk mengurangi serangan cendawan. Penambahan urea sebanyak
7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan bibit.
Sedangkan pembibitan di polibag, bisa dilakukan dengan media tanah
dicampur pupuk kandang 1 : 1 atau 1 : 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per
polibag tiap dua minggu. Setelah itu polibag ditaruh di tempat yang
cukup teduh namun masih terkena sinar matahari.
7. Penanaman
Bibit yang sudah diseleksi (terpilih) harus benar-benar sehat, tidak
terdapat luka pada daun pelepah. Pencabutan bibit dapat dilakukan
bersamaan dengan saat hari tanam (tidak dimalamkan atau terlalu lama
terkena sinar matahari langsung/berjemur). Daun-daun bagian bawah yang
telah berwarna kekuningan dan daun yang terserang penyakit perlu
dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang akan
menyebabkan busuk akibat serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan
ketika lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan). Pengairan yang
telat akan menyebabkan tanaman layu dan daun berubah warna kuning
kemerahan yang memerlukan waktu agar pulih kembali. Setelah 3-4 hari
dari pemberian pupuk, bibit tanaman dicabut dan dipindah tanamkan di
lapangan yakni pada lubang yang sudah diberikan campuran pupuk.
Penanaman bibit dengan cara dibenamkan sedalam 4 cm – 6 cm dan tanah
disekitar bibit dipadatkan agar bibit tidak mudah tumbang. Penanaman
hendaknya dilakukan pada pagi hari (jam 07.00 – 10.00) atau sore (jam
16.00).
Setelah 10 – 14 hari setelah tanam, dilakukan pengamatan terhadap
bibit, apabila terdapat bibit yang mati segera dilakukan penyulaman.
Penyulaman di lahan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu
setelah tanam), yakni dengan cara mengganti tanaman yang mati atau
kurang baik pertumbuhannya dengan tanaman baru. Jumlah bibit yang
diperlukan tergantung jarak tanam yang digunakan dan umumnya berjumlah
8.000 tanaman/hektar (jarak tanam 1,00 x 1,25 m).
8. Pengendalian Penyakit Tanaman
Penyakit pada tanaman lidah buaya umumnya sedikit dan tidak serius,
namun bila terdapat luka pada daun pelepah kemungkinan akan terserang
penyakit busuk yang disebabkan oleh fungi (cendawan) atau bila pada
penggunaan pupuk kandang dari kotoran ayam sering terlihat serangan
penyakit busuk pangkal akar yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi.
Pada tanaman lidah buaya yang kekurangan unsur kalium sangat mudah
terserang penyakit spot daun (ujung pelepah menjadi kering atau terdapat
bercak-bercak hitam) yang disebabkan oleh fusarium solani atau
alternaria alternata.
Hama yang menyerang lidah buaya relatif sedikit. Terkadang ulat atau
belalang menyerang daun lidah buaya. Pada keadaan lembab sering juga
ditemui hama yang menyerang akar dan batang lidah buaya, terutama saat
pembibitan. Sedangkan penyakit yang menyerang terutama busuk basah
akibat cendawan/bakteri pada daun. Penyemprotan pestisida hanya
dilakukan bila serangan hama dan penyakit cukup mengganggu.
Pada tanaman lidah buaya yang dirawat secara intensif (pupuk
berimbang) jarang sekali bahkan tidak pernah terlihat gejala serangan
penyakit. Namun pada tanaman lidah buaya yang penyediaan unsur haranya
tidak seimbang terutama apabila kelebihan unsur nitrogen (N) akan
terlihat pada daun pelepah yang sekulen berlebihan mudah terserang
penyakit yang disebabkan oleh fungi, karena serat yang terdapat dalam
daun pelepah tidak kuat. Tanaman lidah buaya yang terserang penyakit
cendawan baik di akar atau di daun pelepahnya segera harus dimusnahkan
dan tanaman yang belum terserang di semprot dengan fungisida.
9. Pemupukan Tanaman
Tanaman lidah buaya sangat diharapkan pertumbuhan vegetatifnya yang
subur karena daun pelepahnya yang akan di panen. Untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman lidah buaya yang baik harus dilakukan penambahan
unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dosis
berdasarkan umur tanaman dan diberikan dengan kontinyu pada waktu yang
telah ditentukan. Secara rinci pelaksanaan pemupukan tanaman lidah buaya
sebagai berikut :
a). Pupuk Dasar : diberikan 3-4 hari sebelum tanam terdiri dari :
Pupuk Kandang = 200 gram/pohon
Pupuk Urea = 20 gram/pohon
Pupuk TSP = 10 gram/pohon
Pupuk KCL = 10 gram/pohon
Abu Tanaman = 25 gram/pohon
Kulit Udang = 25 gram/pohon
Ketujuh jenis sarana produksi (pupuk) ini dicampur merata dan masukan
ke dalam lubang tanaman untuk selanjutnya ditutup lagi dengan tanah
yang diambil dari sekitar lubang.
b). Pupuk Susulan tahun 1 : pupuk ini mulai diberikan pada umur tanaman 1,5-2 bulan setelah tanam, terdiri dari :
Pupuk Urea = 20 gram/tanaman
Pupuk TSP = 10 gram/tanaman
Pupuk KCL = 10 gram/tanaman
(selanjutnya diberikan setiap 2 bulan sekali)
Sedangkan untuk pupuk kandang, abu dan kulit udang diberikan setiap 24 minggu sekali (6 bulan sekali) dengan dosis :
Pupuk Kandang = 250 gram - 300 gram/tanaman
Abu Tanaman = 30 gram - 50 gram/tanaman
Kulit Udang = 25 gram - 40 gram/tanaman
Pada pemberian pupuk susulan tahun II, dosis pupuk anorganik
ditingkatkan lagi, begitu juga dengan tahun III dan Ke IV dan seterusnya
pemupukan dilakukan dengan cara dibenamkan ditengah-tengah antara
tanaman dalam bedengan.
10. Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakukan pada saat sebelum dilakukan pemupukan susulan,
namun demikian penyiangan dapat saja dilakukan secepatnya bila gulma
disekitar tanaman lidah buaya sudah terlihat banyak yang tumbuh.
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau
kored, bersamaan dengan penyiangan dilakukan pembersihan alur antar
bedengan dan menaikkan tanah-tanah yang turun dari bedengan karena curah
hujan.. Penyiangan pada tanaman lidah buaya sangat penting dilakukan
karena peertumbuhan gulma yang cenderung pesat dan menganggu tanaman.
Disamping pekerjaan yang bersamaan dengan penyiangan, bagi tanaman yang
sudah berumur 1 tahun keatas akan terlihat anakan lidah buaya yang harus
dibuang atau dipisahkan untuk didederkan dan ditanam kembali atau untuk
di jual.
11. Panen dan Pasca Panen
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki
umur tanaman 10-12 bulan atau melihat perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar dapat dilakukan
pemanenan. Lidah buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama
(bagian bawah) berkisar 40-70 cm dengan tebal daging pelepah antara 2 –
3 cm dan berat mencapai 0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali
sebanyak 1-2 daun pelepah. Namun petani biasanya melakukan panen pada
hamparan yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat tingkat
pertumbuhan tanaman yang berbeda, sehingga panen dapat dilakukan
beberapa kali dalam hamparan yang sama tetapi lain tanaman. Panen
dilakukan untuk daun pelepah pertama (terbawah) dengan cara menyobek
bagian bawah daun pelepah yang menempel pada batang tanaman dan
penyobekan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam serta
tidak melukai daging pelepah maupun batang tanaman. Setelah daun pelepah
dipanen selanjutnya dibersihkan atau dicuci dalam rendaman air untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel.
Daun pelepah yang sudah bersih selanjutnya disusun rapi pada rak
sampai tidak terlihat lagi bintik-bintik air bekas pencucian pada daun
pelepah, setelah kering daun pelepah lidah buaya siap untuk di
packing/dikemas dan dikirim untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk
memenuhi permintaan pasar terhadap daun pelepah lidah buaya segar dari
luar Kota Pontianak baik itu untuk dikirim ke Jakarta atau ekspor,
umumnya lidah buaya yang sudah bersih dan memebuhi standart permintaan
sebelum dikemas terlebih dahulu satu persatu pelepah lidah buaya
dibungkus dengan kertas koran dan dikemas dalam peti kayu. Satu buah
peti kayu berisi 40 – 50 daun pelepah lidah buaya segar.
12. Peremajaan Tanaman
Peremajaan pada tanaman lidah buaya dilakukan dengan cara memotong
batang untuk memperpendek jarak antara pelepah dengan pangkal akar
(bukan penggantian tanaman). Untuk menghindari stagnasi pertumbuhan,
sebelumnya batang tanaman lidah buaya yang akan dipotong, dibumbun
dahulu beberapa hari sampai tumbuh akar pada batang yang akan dipotong.
13. Produksi
Produksi lidah buaya berupa daun pelepah, pada satu pohon tanaman
lidah buaya dapat dipanen 1 sampai 2 pelepah setiap bulannya. Untuk
tanaman yang berumur 10-12 bulan berat pelepah mencapai 0,6 kg, apabila
populasi tanaman mencapai 8.000 (jarak tanaman 1,00 m x 1,25 m) dan yang
dapat dipanen diperkirakan mencapai 80 % dari populasi tanaman/ha,
masing-masing tanaman
Dipanen sebanyak satu pelepah,maka :
Produksi/ha/bulan = 80 % x 8.000 x 0,6 kg = 3.840 kg.
Produksi/ha/tahun = 12 x 3.840 kg = 46.080 kg
c. Kemampuan menjangkau sasaran
Kemampuan daya menerangkan leaflet sudah cukup baik karena kalimat
yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang sudah
umum dikalangan petani. Istilah-istilah yang dipergunakanpun tidak
begitu banyak. Istilah yang dipergunakan merupakan istilah umum bidang
pertanian dan dibelakang istilah tersebut telah dibubuhkan artinya dalah
bahasa yang mudah dipahami oleh petani. Dengan demikian leaflet ini
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya petani.
Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga
ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya
meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun
ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang
biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah
yang bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena
sifatnya dari mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam
pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan
gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang
basah atau terdapat genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan
gambut umumnya mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam
mengikatkan air.